Ada banyak teori tentang etiopatogenesis penyakit ini seperti infeksi Reovirus 3, malformasi kongenital, infeksi congenital CMV, bahkan hingga teori autoimun. Hal ini justru menunjukkan bahwa etiologi/penyebab sebenarnya memang belum diketahui pasti. Bagaimanapun, telah banyak dilakukan penelitian tentang patogenesis dan penanganan yang sesuai untuk fibrosis hati yang progresif, dimana kondisi tersebut merupakan salah satu aspek yang sangat penting pada penderita atresia bilier. Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus. Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat fatal.
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir (1-6 minggu setelah lahir), yaitu berupa:
- air kemih bayi berwarna gelap
- tinja berwarna pucat
- kulit berwarna kuning
- berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
- hati membesar.
- gangguan pertumbuhan
- gatal-gatal
- rewel
- tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).
- Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
- USG perut
- Rontgen perut (tampak hati membesar)
- Kolangiografi (memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu)
- Biopsi hati
- Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).

Jika atresia tersebut merupakan atresia yang komplit, dimana seluruh saluran empedu tidak terbentuk, maka satu-satunya pengobatan adalah transplantasi hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar